Minggu, 04 Desember 2011

tugas makalah kepemimpinan

Diposting oleh rosiana marsinta di 01.12 0 komentar


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Taktik mempengaruhi adalah hal penting di dalam semua situasi kepemimpinan. Dalam makalah ini penulis akan memberikan taktik yang hebat untuk mempengaruhi orang lain. Misalnya Anda sebagai model peran. Disini Anda memimpin dengan contoh sehingga orang lain dapat belajar dari tindakan dan sikap Anda. Pastikan tindakan dan kata-kata Anda konsisten.



1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis mengidentifikasi beberapa masalah pokok yang akan dilaporkan , antara lain:

1. Bagaimana hakikat menjadi seorang pemimpin.

2. Adakah teori-teori untuk menjdi pemimpin yang baik.

3. Apa dan bagaimana menjadi pemimpin yang melayani.

4. Apa dan bagaimana menjadi pemimipin sejati.

5. Bagaimana hubungan kearifan lokal dengan kepemimpinan.



1.3 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan yang dilakukan penulis adalah:

1. Untuk mengetahui lebih banyak tentang menjadi seorang pemimpin.

2. Sebagai tugas Ujian Tengah Semester Kepemimpinan.



1.4 Kegunaan Tugas


Dengan tersusunnya laporan Tugas Akhir ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi penulis, penelitian ini banyak memberikan masukkan terutama kejelasan dalam penerapan ilmu kepemimpinan

2. Bagi pembaca, diharapkan penelitian ini dapat berguna sebagai bahan masukan bagi mahasiswa.



1.5 Metodologi Kerja Praktek

Metode yang penulis gunakan dalam penyusunan laporan Tugas ini adalah

Penelitian Pustaka (Library Research)
Studi kepustakaan merupakan pendayagunaan sumber informasi di perpustakaan dan jasa informasi dari literature lainnya yang tersedia. (Singarimbun, 1995 : 79). Teknik penelitian ini ditempuh untuk memperoleh data-data sekunder. Selain itu studi kepustakaan dimaksudkan untuk memperoleh teori-teori yang bisa menjelaskan mengenai pokok permasalahan yang diteliti.









BAB II


PEMBAHASAN



A. Kepemimpinan


Menurut stoner kepemimpinan adalah sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi kegiatan yang berhubungan dengan tugas. Ada tiga implikasi penting, pertama, kepemimpinan melibatkan orang lain ( bawahan atau pengikut ), kwalitas seorang pemimpin ditentukan oleh bawahan dalam menerima pengarahan dari pemimpin. Kedua, kepemimpinan merupakan pembagian yang tidak seimbang diantara para pemimpin dan anggota kelompok. Pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan beberapa dari kegiatan anggota kelompok dan sebaliknya anggota kelompok atau bawahan secara tidak langsung mengarahkan kegiatan pimpinan. Ketiga kepemimpinan disamping dapat mempengaruhi bawahan juga mempunyai pengaruh. Dengan kata lain seorang pimpinan tidak dapat mengatakan kepada bawahan apa yang harus dikerjakan tapi juga mempengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintah pemimpin.



B. Hakikat menjadi seorang pemimpin.


Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat selalu membutuhkan adanya pemimpin. Di dalam kehidupan rumah tangga diperlukan adanya pemimpin atau kepala keluarga, Ini semua menunjukkan betapa penting kedudukan pemimpin dalam suatu masyarakat, baik dalam skala yang kecil apalagi skala yang besar.

1. Tanggung jawab bukan keistimewaan

Ketika seseorang diangkat atau ditunjuk untuk memimpin suatu lembaga atau institusi, maka ia sebenarnya mengemban tanggung jawab yang besar sebagai seorang pemimpin yang harus mampu mempertanggungjawabkannya,. Bukan hanya dihadapan manusia tapi juga dihadapan Allah Swt. Oleh karena itu, jabatan dalam semua level atau tingkatan bukanlah suatu keistimewaan sehingga seorang pemimpin atau pejabat tidak boleh merasa menjadi manusia yang istimewa sehingga ia merasa harus diistimewakan dan ia sangat marah bila orang lain tidak mengistimewakan dirinya.

2 Pengorbanan, Bukan Fasilitas
Menjadi pemimpin atau pejabat bukanlah untuk menikmati kemewahan atau kesenangan hidup dengan berbagai fasilitas duniawi yang menyenangkan, tapi justru ia harus mau berkorban dan menunjukkan pengorbanan, apalagi ketika masyarakat yang dipimpinnya berada dalam kondisi sulit dan sangat sulit.



3 Kerja keras bukan santai

Para pemimpin mendapat tanggung jawab yang besar untuk menghadapi dan mengatasi berbagai persoalan yang menghantui masyarakat yang dipimpinnya untuk Selanjutnya mengarahkan kehidupan masyarakat untuk bisa menjalani kehidupan yang baik dan benar serta mencapai kemajuan dan kesejahteraan. Untuk itu, para pemimpin dituntut bekerja keras dengan penuh kesungguhan dan optimisme.



4 Kewenangan Melayani, Bukan Sewenang-Wenang.

Pemimpin adalah pelayan bagi orang yang dipimpinnya, karena itu menjadi pemimpin atau pejabat berarti mendapatkan kewenangan yang besar untuk bisa melayani masyarakat dengan pelayanan yang lebih baik dari pemimpin sebelumnya, Rasulullah Saw bersabda: Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka (HR. Abu Na’im)

Oleh karena itu, setiap pemimpin harus memiliki visi dan misi pelayanan terhadap orang-orang yang dipimpinnya guna meningkatkan kesejahteraan hidup, ini berarti tidak ada keinginan sedikitpun untuk menzalimi rakyatnya apalagi menjual rakyat, berbicara atas nama rakyat atau kepentingan rakyat padahal sebenarnya untuk kepentingan diri, keluarga atau golongannya. Bila pemimpin seperti ini terdapat dalam kehidupan kita, maka ini adalah pengkhianat yang paling besar, Rasulullah Saw bersabda: Khianat yang paling besar adalah bila seorang penguasa memperdagangkan rakyatnya




5 Keteladanan dan Kepeloporan, Bukan Pengekor.

Dalam segala bentuk kebaikan, seorang pemimpin seharusnya menjadi teladan dan pelopor, bukan malah menjadi pengekor yang tidak memiliki sikap terhadap nilai-nilai kebenaran dan kebaikan. Ketika seorang pemimpin menyerukan kejujuran kepada rakyat yang dipimpinnya, maka ia telah menunjukkan kejujuran itu. Ketika ia menyerukan hidup sederhana dalam soal materi, maka ia tunjukkan kesederhanaan bukan malah kemewahan. Masyarakat sangat menuntut adanya pemimpin yang bisa menjadi pelopor dan teladan dalam kebaikan dan kebenaran.



C. Teori teori untuk menjadi pemimpin yang baik.


Gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin, pada dasarnya dapat diterangkan melalui tiga aliran teori berikut ini.
• Teori Genetis (Keturunan). Inti dari teori menyatakan bahwa “Leader are born and nor made” (pemimpin itu dilahirkan (bakat) bukannya dibuat). Para penganut aliran teori ini mengetengahkan pendapatnya bahwa akan menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat kepemimpinan. Dalam keadaan yang bagaimanapun seseorang ditempatkan karena ia telah ditakdirkan menjadi pemimpin, sesekali kelak ia akan timbul sebagai pemimpin. Berbicara mengenai takdir, secara filosofis pandangan ini tergolong pada pandangan fasilitas atau determinitis.
• Teori Sosial. Jika teori pertama di atas adalah teori yang ekstrim pada satu sisi, maka teori inipun merupakan ekstrim pada sisi lainnya. Inti aliran teori sosial ini ialah bahwa “Leader are made and not born” (pemimpin itu dibuat atau dididik bukannya kodrati). Jadi teori ini merupakan kebalikan inti teori genetika. Para penganut teori ini mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup.
• Teori Ekologis. Kedua teori yang ekstrim di atas tidak seluruhnya mengandung kebenaran, maka sebagai reaksi terhadap kedua teori tersebut timbullah aliran teori ketiga. Teori yang disebut teori ekologis ini pada intinya berarti bahwa seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila ia telah memiliki bakat kepemimpinan. Bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut. Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori terdahulu sehingga dapat dikatakan merupakan teori yang paling mendekati kebenaran. Namun demikian, penelitian yang jauh lebih mendalam masih diperlukan untuk dapat mengatakan secara pasti apa saja faktor yang menyebabkan timbulnya sosok pemimpin yang baik.



D. Menjadi pemimpin yang melayani.


Melihat situasi dan arah kepemimpinan yang ada di Indonesia pada khususnya, dan carut marut kepemimpinan saat ini. Saya merasa ada yang salah dengan model kepemimpinan yang berkembang di Negara kita.

Seandainya saya seorang pemimpin, apalagi pemimpin teratas dalam suatu komunitas atau negara, model kepemimpinan yang akan saya terapkan adalah menjadi Pemimpin yang Melayani bukan menjadi pemimpin yang minta dilayani. Mengapa? Karena rakyat memang minta untuk dilayani. Karena kebutuhan mereka. Adanya pemimpin adalah untuk melayani kebutuhan rakyatnya, bukannya dibalik.

Jika kita bisa menjadi pemimpin rakyat yang baik, sejauh mana kita bisa memimpin rakyat? Sejauh kita melayani dan menjadi hamba bagi rakyat, sejauh kita mau berkorban bagi rakyat, sejauh itu pula rakyat akan menganggap anda sebagai pemimpin. Tidak ada kunci yang lain.

Ketika rakyat mencemooh kita sebagai pemimpin, dimarahi rakyat, itu adalah hal yang lumrah, itu adalah kewajiban kita, karakter kita untuk dimarahi, dicemooh, karena kita adalah pelayan masyarakat, pelayan rakyat. Komitmen pemimpin yang melayani adalah untuk melayani rakyat, jika kita memang meletakkan diri menjadi pelayan rakyat, kita akan siap menerima segala macam cemoohan dan kemarahan, dan ini bukanlah hal yang mudah, namun itulah karakter pemimpin yang melayani, yang dimulai dari sikap hati yang ingin melayani

Melayani dengan Hati.

Salah satu ciri pemimpin yang melayani adalah mau mendengarkan dengan empati, mendengarkan bukan untuk menjawab melainkan mendengarkan untuk mengerti dan memahami lalu meresponnya dengan hati. Sedangkan yang selalu kita dengarkan saat ini, para pemimpin kita bukannya mendengarkan dengan empati, malah sebaliknya, dan akhirnya jawaban-jawaban yang keluar dari merekapun asal-asalan, terkesan arogan dan tidak mau disalahkan sama sekali.



E. Menjadi Pemimpin Sejati


1. Kalahkan Diri Sendiri

Tips ini mungkin merupakan pondasi bagi segala jenis kesuksesan dengan dimulai dari hati diri sendiri dan tetapkan tujuan pada diri sendiri. Untuk dapat meraih kesuksesan tersebut kita harus dapat mengontrol atau mengendalikan pikiran kita sendiri dalam keadaan apapun.





2. Beri dulu ambil belakangan


Tips ini akan membantu kita dalam membangun kepercayaan terhadap diri kita pada lingkungan tempat kita berada, ada 2 hal untuk menguasai hal ini yaitu :

a. Jangan pikirkan imbalan, pujian ataupun kekuasaan

b. Pahami cara pandangan mereka

3. Jangan pernah putus asa.

Untuk mengusai tips ini, tanamkan pada diri kita "Jangan pernah menyerah". Mengalahkan diri sendiri dan menumbuhkan rasa kepercayaan terhadap diri kita itu penting, tapi itu saja belum cukup. Suatu saat nanti tantangan-tantangan yang lebih berat dan lebih sulit untuk kita menerapkan tips-tips seperti diatas dalam kehidupan sehari-hari, tips ini yang akan membuat kita bertahan menghadapi tantangan-tantangan tersebut dan membuat kita menjadi lebih kuat.



4. Ambil resiko dengan cerdas.


Ada 2 hal yang dapat membantu kita dalam menguasai hal ini yaitu :

a. Mantapkan Keyakinan

b. Hargai moen sebaik-baiknya

Tips ini merupakan hal penting yang memiliki pengaruh yang besar. Faktor ini bisa membuat kita melambung tinggi atau menjatuhkan ke dalam yang tak terkira, semua itu bagaikan sekejap mata agar tujuan kita tidak gagal, kita hanya butuh 'Kebijaksanaan'.

5. Raihlah kemenangan setip hari

Pada tips ini kita tidak hanya perlu terus-menerus mencoba mengontrol pikiran kita atau berfikir, kita tidak bisa bersantai setelah sekali mengalahkan diri sendiri ataupun tips lainnya diatas tetapi kita harus mencoba untuk meraih kemenangan setiap hari dan "JADILAH PEMIMPIN SEJATI".

Apabila kita bisa melakukan tips-tips tersebut, benar-benar mampu berjalan dengan berani dan percaya diri, dan kita lebih banyak memberi dari pada mengambil serta setia menjalankan tips ini, InsyaAllah kita akan menjadi sosok pemimpin sejati.







E. Hubungan kearifan lokal dengan kepemimpinan.


Kita tentu boleh berharap bahwa forum akademis berskala internasional itu mampu menggali nilai kearifan lokal dari Bumi Pertiwi yang bisa disumbangkan pada dunia. Namun, sembari menanti pelaksanaannya, kita bisa mencari sedikit contoh kearifan lokal yang bisa memperkaya nilai-nilai kepemimpinan baru. “Dalam hal kepemimpinan, Indonesia juga memiliki local wisdom yang cukup bagus bila diterapkan di tataran internasional,” kata Sudjarwadi. Ia mencontohkan ajaran Ki Hajar Dewantara yang terkenal, yakni: Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani (yang bermakna: yang di depan memberi teladan, yang di tengah memberi semangat, dan yang di belakang memberi dorongan). Contoh lainnya yang disebutkan Sudjarwadi adalah Pustaka Hasta Dasa Parateming Prabu, yang berisi ajaran 18 prinsip kepemimpinan. Pitutur luhur ini, menurut beberapa sumber lainnya, memang diduga kuat pernah diterapkan oleh Mahapatih Gajah Mada dari Kerajaan Majapahit tempo dulu.

Peninggalan tertulis lainnya (dari leluhur) yang mengajarkan nilai kearifan lokal adalah Serat Wedhatama, yang ditulis oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IV (1811-1881). Inti dari karya penggede sekaligus pujangga ini bahwa untuk memiliki martabat di tengah kehidupan, orang harus mampu meraih tiga hal, yakni: kedudukan (wirya), kekayaan (arta), dan kepandaian (winasis). Konon, Mangkunegara IV merumuskan nilai-nilai ini berdasarkan pengalaman hidup Panembahan Senopati (1587), pendiri Kerajaan Mataram, yang dikenal bersikap ksatria dan andap asor (rendah hati).



BAB III


KESIMPULAN

A. Kesimpulan



Ada tiga implikasi penting, pertama, kepemimpinan melibatkan orang lain ( bawahan atau pengikut ), kwalitas seorang pemimpin ditentukan oleh bawahan dalam menerima pengarahan dari pemimpin. Kedua, kepemimpinan merupakan pembagian yang tidak seimbang diantara para pemimpin dan anggota kelompok. Pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan beberapa dari kegiatan anggota kelompok dan sebaliknya anggota kelompok atau bawahan secara tidak langsung mengarahkan kegiatan pimpinan. Ketiga kepemimpinan disamping dapat mempengaruhi bawahan juga mempunyai pengaruh. Dengan kata lain seorang pimpinan tidak dapat mengatakan kepada bawahan apa yang harus dikerjakan tapi juga mempengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintah pemimpin.








B. Saran



Pemimpin yang abadi adalah pemimpin yang dapat memberikan ketentraman di hati para pengikutnya tanpa adanya perasaan tertekan, terpaksa atau keragu-raguan. Apabila kita sebagai pemimpin dapat memenangkan hati pengikut kita maka niscaya kita akan menjadi pemimpin yang abadi. Pemimipin abadi adalah pemimpin yang dapat memimpin dengan suara hatinya dan diikuti pula oleh suara hati para pengikutnya.

Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.



Daftar Pustaka


Thoha, Miftah, 2005, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Perilakunya, Grafindo, Jakarta




Minggu, 04 Desember 2011

tugas makalah kepemimpinan



BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Taktik mempengaruhi adalah hal penting di dalam semua situasi kepemimpinan. Dalam makalah ini penulis akan memberikan taktik yang hebat untuk mempengaruhi orang lain. Misalnya Anda sebagai model peran. Disini Anda memimpin dengan contoh sehingga orang lain dapat belajar dari tindakan dan sikap Anda. Pastikan tindakan dan kata-kata Anda konsisten.



1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis mengidentifikasi beberapa masalah pokok yang akan dilaporkan , antara lain:

1. Bagaimana hakikat menjadi seorang pemimpin.

2. Adakah teori-teori untuk menjdi pemimpin yang baik.

3. Apa dan bagaimana menjadi pemimpin yang melayani.

4. Apa dan bagaimana menjadi pemimipin sejati.

5. Bagaimana hubungan kearifan lokal dengan kepemimpinan.



1.3 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan yang dilakukan penulis adalah:

1. Untuk mengetahui lebih banyak tentang menjadi seorang pemimpin.

2. Sebagai tugas Ujian Tengah Semester Kepemimpinan.



1.4 Kegunaan Tugas


Dengan tersusunnya laporan Tugas Akhir ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi penulis, penelitian ini banyak memberikan masukkan terutama kejelasan dalam penerapan ilmu kepemimpinan

2. Bagi pembaca, diharapkan penelitian ini dapat berguna sebagai bahan masukan bagi mahasiswa.



1.5 Metodologi Kerja Praktek

Metode yang penulis gunakan dalam penyusunan laporan Tugas ini adalah

Penelitian Pustaka (Library Research)
Studi kepustakaan merupakan pendayagunaan sumber informasi di perpustakaan dan jasa informasi dari literature lainnya yang tersedia. (Singarimbun, 1995 : 79). Teknik penelitian ini ditempuh untuk memperoleh data-data sekunder. Selain itu studi kepustakaan dimaksudkan untuk memperoleh teori-teori yang bisa menjelaskan mengenai pokok permasalahan yang diteliti.









BAB II


PEMBAHASAN



A. Kepemimpinan


Menurut stoner kepemimpinan adalah sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi kegiatan yang berhubungan dengan tugas. Ada tiga implikasi penting, pertama, kepemimpinan melibatkan orang lain ( bawahan atau pengikut ), kwalitas seorang pemimpin ditentukan oleh bawahan dalam menerima pengarahan dari pemimpin. Kedua, kepemimpinan merupakan pembagian yang tidak seimbang diantara para pemimpin dan anggota kelompok. Pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan beberapa dari kegiatan anggota kelompok dan sebaliknya anggota kelompok atau bawahan secara tidak langsung mengarahkan kegiatan pimpinan. Ketiga kepemimpinan disamping dapat mempengaruhi bawahan juga mempunyai pengaruh. Dengan kata lain seorang pimpinan tidak dapat mengatakan kepada bawahan apa yang harus dikerjakan tapi juga mempengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintah pemimpin.



B. Hakikat menjadi seorang pemimpin.


Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat selalu membutuhkan adanya pemimpin. Di dalam kehidupan rumah tangga diperlukan adanya pemimpin atau kepala keluarga, Ini semua menunjukkan betapa penting kedudukan pemimpin dalam suatu masyarakat, baik dalam skala yang kecil apalagi skala yang besar.

1. Tanggung jawab bukan keistimewaan

Ketika seseorang diangkat atau ditunjuk untuk memimpin suatu lembaga atau institusi, maka ia sebenarnya mengemban tanggung jawab yang besar sebagai seorang pemimpin yang harus mampu mempertanggungjawabkannya,. Bukan hanya dihadapan manusia tapi juga dihadapan Allah Swt. Oleh karena itu, jabatan dalam semua level atau tingkatan bukanlah suatu keistimewaan sehingga seorang pemimpin atau pejabat tidak boleh merasa menjadi manusia yang istimewa sehingga ia merasa harus diistimewakan dan ia sangat marah bila orang lain tidak mengistimewakan dirinya.

2 Pengorbanan, Bukan Fasilitas
Menjadi pemimpin atau pejabat bukanlah untuk menikmati kemewahan atau kesenangan hidup dengan berbagai fasilitas duniawi yang menyenangkan, tapi justru ia harus mau berkorban dan menunjukkan pengorbanan, apalagi ketika masyarakat yang dipimpinnya berada dalam kondisi sulit dan sangat sulit.



3 Kerja keras bukan santai

Para pemimpin mendapat tanggung jawab yang besar untuk menghadapi dan mengatasi berbagai persoalan yang menghantui masyarakat yang dipimpinnya untuk Selanjutnya mengarahkan kehidupan masyarakat untuk bisa menjalani kehidupan yang baik dan benar serta mencapai kemajuan dan kesejahteraan. Untuk itu, para pemimpin dituntut bekerja keras dengan penuh kesungguhan dan optimisme.



4 Kewenangan Melayani, Bukan Sewenang-Wenang.

Pemimpin adalah pelayan bagi orang yang dipimpinnya, karena itu menjadi pemimpin atau pejabat berarti mendapatkan kewenangan yang besar untuk bisa melayani masyarakat dengan pelayanan yang lebih baik dari pemimpin sebelumnya, Rasulullah Saw bersabda: Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka (HR. Abu Na’im)

Oleh karena itu, setiap pemimpin harus memiliki visi dan misi pelayanan terhadap orang-orang yang dipimpinnya guna meningkatkan kesejahteraan hidup, ini berarti tidak ada keinginan sedikitpun untuk menzalimi rakyatnya apalagi menjual rakyat, berbicara atas nama rakyat atau kepentingan rakyat padahal sebenarnya untuk kepentingan diri, keluarga atau golongannya. Bila pemimpin seperti ini terdapat dalam kehidupan kita, maka ini adalah pengkhianat yang paling besar, Rasulullah Saw bersabda: Khianat yang paling besar adalah bila seorang penguasa memperdagangkan rakyatnya




5 Keteladanan dan Kepeloporan, Bukan Pengekor.

Dalam segala bentuk kebaikan, seorang pemimpin seharusnya menjadi teladan dan pelopor, bukan malah menjadi pengekor yang tidak memiliki sikap terhadap nilai-nilai kebenaran dan kebaikan. Ketika seorang pemimpin menyerukan kejujuran kepada rakyat yang dipimpinnya, maka ia telah menunjukkan kejujuran itu. Ketika ia menyerukan hidup sederhana dalam soal materi, maka ia tunjukkan kesederhanaan bukan malah kemewahan. Masyarakat sangat menuntut adanya pemimpin yang bisa menjadi pelopor dan teladan dalam kebaikan dan kebenaran.



C. Teori teori untuk menjadi pemimpin yang baik.


Gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin, pada dasarnya dapat diterangkan melalui tiga aliran teori berikut ini.
• Teori Genetis (Keturunan). Inti dari teori menyatakan bahwa “Leader are born and nor made” (pemimpin itu dilahirkan (bakat) bukannya dibuat). Para penganut aliran teori ini mengetengahkan pendapatnya bahwa akan menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat kepemimpinan. Dalam keadaan yang bagaimanapun seseorang ditempatkan karena ia telah ditakdirkan menjadi pemimpin, sesekali kelak ia akan timbul sebagai pemimpin. Berbicara mengenai takdir, secara filosofis pandangan ini tergolong pada pandangan fasilitas atau determinitis.
• Teori Sosial. Jika teori pertama di atas adalah teori yang ekstrim pada satu sisi, maka teori inipun merupakan ekstrim pada sisi lainnya. Inti aliran teori sosial ini ialah bahwa “Leader are made and not born” (pemimpin itu dibuat atau dididik bukannya kodrati). Jadi teori ini merupakan kebalikan inti teori genetika. Para penganut teori ini mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup.
• Teori Ekologis. Kedua teori yang ekstrim di atas tidak seluruhnya mengandung kebenaran, maka sebagai reaksi terhadap kedua teori tersebut timbullah aliran teori ketiga. Teori yang disebut teori ekologis ini pada intinya berarti bahwa seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila ia telah memiliki bakat kepemimpinan. Bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut. Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori terdahulu sehingga dapat dikatakan merupakan teori yang paling mendekati kebenaran. Namun demikian, penelitian yang jauh lebih mendalam masih diperlukan untuk dapat mengatakan secara pasti apa saja faktor yang menyebabkan timbulnya sosok pemimpin yang baik.



D. Menjadi pemimpin yang melayani.


Melihat situasi dan arah kepemimpinan yang ada di Indonesia pada khususnya, dan carut marut kepemimpinan saat ini. Saya merasa ada yang salah dengan model kepemimpinan yang berkembang di Negara kita.

Seandainya saya seorang pemimpin, apalagi pemimpin teratas dalam suatu komunitas atau negara, model kepemimpinan yang akan saya terapkan adalah menjadi Pemimpin yang Melayani bukan menjadi pemimpin yang minta dilayani. Mengapa? Karena rakyat memang minta untuk dilayani. Karena kebutuhan mereka. Adanya pemimpin adalah untuk melayani kebutuhan rakyatnya, bukannya dibalik.

Jika kita bisa menjadi pemimpin rakyat yang baik, sejauh mana kita bisa memimpin rakyat? Sejauh kita melayani dan menjadi hamba bagi rakyat, sejauh kita mau berkorban bagi rakyat, sejauh itu pula rakyat akan menganggap anda sebagai pemimpin. Tidak ada kunci yang lain.

Ketika rakyat mencemooh kita sebagai pemimpin, dimarahi rakyat, itu adalah hal yang lumrah, itu adalah kewajiban kita, karakter kita untuk dimarahi, dicemooh, karena kita adalah pelayan masyarakat, pelayan rakyat. Komitmen pemimpin yang melayani adalah untuk melayani rakyat, jika kita memang meletakkan diri menjadi pelayan rakyat, kita akan siap menerima segala macam cemoohan dan kemarahan, dan ini bukanlah hal yang mudah, namun itulah karakter pemimpin yang melayani, yang dimulai dari sikap hati yang ingin melayani

Melayani dengan Hati.

Salah satu ciri pemimpin yang melayani adalah mau mendengarkan dengan empati, mendengarkan bukan untuk menjawab melainkan mendengarkan untuk mengerti dan memahami lalu meresponnya dengan hati. Sedangkan yang selalu kita dengarkan saat ini, para pemimpin kita bukannya mendengarkan dengan empati, malah sebaliknya, dan akhirnya jawaban-jawaban yang keluar dari merekapun asal-asalan, terkesan arogan dan tidak mau disalahkan sama sekali.



E. Menjadi Pemimpin Sejati


1. Kalahkan Diri Sendiri

Tips ini mungkin merupakan pondasi bagi segala jenis kesuksesan dengan dimulai dari hati diri sendiri dan tetapkan tujuan pada diri sendiri. Untuk dapat meraih kesuksesan tersebut kita harus dapat mengontrol atau mengendalikan pikiran kita sendiri dalam keadaan apapun.





2. Beri dulu ambil belakangan


Tips ini akan membantu kita dalam membangun kepercayaan terhadap diri kita pada lingkungan tempat kita berada, ada 2 hal untuk menguasai hal ini yaitu :

a. Jangan pikirkan imbalan, pujian ataupun kekuasaan

b. Pahami cara pandangan mereka

3. Jangan pernah putus asa.

Untuk mengusai tips ini, tanamkan pada diri kita "Jangan pernah menyerah". Mengalahkan diri sendiri dan menumbuhkan rasa kepercayaan terhadap diri kita itu penting, tapi itu saja belum cukup. Suatu saat nanti tantangan-tantangan yang lebih berat dan lebih sulit untuk kita menerapkan tips-tips seperti diatas dalam kehidupan sehari-hari, tips ini yang akan membuat kita bertahan menghadapi tantangan-tantangan tersebut dan membuat kita menjadi lebih kuat.



4. Ambil resiko dengan cerdas.


Ada 2 hal yang dapat membantu kita dalam menguasai hal ini yaitu :

a. Mantapkan Keyakinan

b. Hargai moen sebaik-baiknya

Tips ini merupakan hal penting yang memiliki pengaruh yang besar. Faktor ini bisa membuat kita melambung tinggi atau menjatuhkan ke dalam yang tak terkira, semua itu bagaikan sekejap mata agar tujuan kita tidak gagal, kita hanya butuh 'Kebijaksanaan'.

5. Raihlah kemenangan setip hari

Pada tips ini kita tidak hanya perlu terus-menerus mencoba mengontrol pikiran kita atau berfikir, kita tidak bisa bersantai setelah sekali mengalahkan diri sendiri ataupun tips lainnya diatas tetapi kita harus mencoba untuk meraih kemenangan setiap hari dan "JADILAH PEMIMPIN SEJATI".

Apabila kita bisa melakukan tips-tips tersebut, benar-benar mampu berjalan dengan berani dan percaya diri, dan kita lebih banyak memberi dari pada mengambil serta setia menjalankan tips ini, InsyaAllah kita akan menjadi sosok pemimpin sejati.







E. Hubungan kearifan lokal dengan kepemimpinan.


Kita tentu boleh berharap bahwa forum akademis berskala internasional itu mampu menggali nilai kearifan lokal dari Bumi Pertiwi yang bisa disumbangkan pada dunia. Namun, sembari menanti pelaksanaannya, kita bisa mencari sedikit contoh kearifan lokal yang bisa memperkaya nilai-nilai kepemimpinan baru. “Dalam hal kepemimpinan, Indonesia juga memiliki local wisdom yang cukup bagus bila diterapkan di tataran internasional,” kata Sudjarwadi. Ia mencontohkan ajaran Ki Hajar Dewantara yang terkenal, yakni: Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani (yang bermakna: yang di depan memberi teladan, yang di tengah memberi semangat, dan yang di belakang memberi dorongan). Contoh lainnya yang disebutkan Sudjarwadi adalah Pustaka Hasta Dasa Parateming Prabu, yang berisi ajaran 18 prinsip kepemimpinan. Pitutur luhur ini, menurut beberapa sumber lainnya, memang diduga kuat pernah diterapkan oleh Mahapatih Gajah Mada dari Kerajaan Majapahit tempo dulu.

Peninggalan tertulis lainnya (dari leluhur) yang mengajarkan nilai kearifan lokal adalah Serat Wedhatama, yang ditulis oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IV (1811-1881). Inti dari karya penggede sekaligus pujangga ini bahwa untuk memiliki martabat di tengah kehidupan, orang harus mampu meraih tiga hal, yakni: kedudukan (wirya), kekayaan (arta), dan kepandaian (winasis). Konon, Mangkunegara IV merumuskan nilai-nilai ini berdasarkan pengalaman hidup Panembahan Senopati (1587), pendiri Kerajaan Mataram, yang dikenal bersikap ksatria dan andap asor (rendah hati).



BAB III


KESIMPULAN

A. Kesimpulan



Ada tiga implikasi penting, pertama, kepemimpinan melibatkan orang lain ( bawahan atau pengikut ), kwalitas seorang pemimpin ditentukan oleh bawahan dalam menerima pengarahan dari pemimpin. Kedua, kepemimpinan merupakan pembagian yang tidak seimbang diantara para pemimpin dan anggota kelompok. Pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan beberapa dari kegiatan anggota kelompok dan sebaliknya anggota kelompok atau bawahan secara tidak langsung mengarahkan kegiatan pimpinan. Ketiga kepemimpinan disamping dapat mempengaruhi bawahan juga mempunyai pengaruh. Dengan kata lain seorang pimpinan tidak dapat mengatakan kepada bawahan apa yang harus dikerjakan tapi juga mempengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintah pemimpin.








B. Saran



Pemimpin yang abadi adalah pemimpin yang dapat memberikan ketentraman di hati para pengikutnya tanpa adanya perasaan tertekan, terpaksa atau keragu-raguan. Apabila kita sebagai pemimpin dapat memenangkan hati pengikut kita maka niscaya kita akan menjadi pemimpin yang abadi. Pemimipin abadi adalah pemimpin yang dapat memimpin dengan suara hatinya dan diikuti pula oleh suara hati para pengikutnya.

Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.



Daftar Pustaka


Thoha, Miftah, 2005, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Perilakunya, Grafindo, Jakarta




 

RosianaMK Copyright 2009 Sweet Cupcake Designed by Ipiet Templates Image by Tadpole's Notez